Muhasabah Diri

Oleh Ust. H. Udi Yuliarto, Lc, MA.

Alhamdulillah wash sholaatu wasalaamu ‘alaa rosuulillah laa haula walaa quwwata illa billah.
Allohumma sholli ‘alaa Sayyidinaa wa maulaana Muhammad wa ‘alaa aalihi wa sohbihi wasallim.

Alhamdulillah pagi ini kita diberikan kesehatan oleh Allah sehingga dapat menjalankan ibadah shalat subuh berjamaah. Meski kemarin banyak dewan hakim yang agak kurang sehat, mungkin karena kondisi cuaca dan kecapekan.

Tema kita pagi ini adalah MUHASABAH DIRI

Muhasabah maknanya bahwa kita menghitung-hitung amal diri kita. Kita dianjurkan untuk senantiasa muhasabah diri:

حاسبوا انفسكم قبل ان تحاسبوا

“Hisablah (evaluasi) diri kalian sebelum kalian di hisab. Dan bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab dirinya di dunia.” Sayyidina Umar ibn Al-Khattab r.a.

Bagaimana kita berinteraksi dengan Al-Qur’an, karena kita diperintah untuk membaca al-qur’an, ayat yang menyentuh diri kita supaya kalbu kita tersentuh.

Bagaimana kita memaknainya dan bagaimana ayat tersebut kaitannya dengan kondisi kita masing-masing. Ayat dimaksud yaitu: QS. Ali ‘Imran Ayat 110:

• كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.

Ayat ini mengajak kita berinteraksi, ayat ini dalam tafsir ath-thobary ada beberapa pendapat. Siapakah yang dimaksud KHOIRO UMMAH?.Dalam hal ini ada beberapa pendapat. Di antaranya bahwa yang dimaksud adalah masa sahabat nabi. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa khoironummah adalah semua umat nabi Muhammad SAW. Sampai masa kita sekarang ini.

Nah konteksnya sekarang adalah umat islam pada masa sekarang ini. Karena ada sabda rosulullah saw. Yang menyatakan bahwa: ”Al-Islamu/al-Quranu Shalihun li kulli zaman wa al-makan” (Islam/alqur’an itu selalu sesuai pada setiam zaman dan setiap tempat).

Kalau kita kembalikan pemaknaannya itu adalah berarti kita inilah yang dimaksud khoiro ummah/sebaik umat. Kalau kita tarik ke sekup yang kecil lagi kita sebagai dewan hakim MTQ adalah orang pilihan di daerah kita masing-masing dari sekian banyak orang. Maka kita adalah khoiro ummah. Apalagi posisi kita sekarang ini adalah dewan hakim alquran. Dengan bekal Kemampuan kita dalam tilawah, dalam hafalan dan dalam tulisan kita mengenai alquran. Kita selalu dituntut untuk meningkatkan kemampuan kita masing-dalam bidang perhakiman. Kita tidak boleh berhenti belajar agar tidak ketinggalan ilmu.

قال ابن المُبَـارك رضى الله عنه :
لَا يَزَالُ الرَجُلُ عَالِمًا مَـا طَلَبَ العِـلْمَ، فَإِذَا ظَنَّ اَنَّهُ قَدْ عَلِمَ فَقَدْ جَـهُـلَ

Telah berkata Ibnul Mubarak Ra : Seseorang akan tetap menjadi orang yang Alim ( berilmu ) selama masih menuntut ilmu. Dan jika yang bersangkutan mengira bahwa dirinya sudah Alim, maka dia itu Orang Bodoh. (Syaikh Hasyim Asy’ari dalam kitab Adab Al alim wa Al muta’allim ).

Hadirin yang dimulyakan Allah.

Dalam kelanjutan ayat diatas disebutkan:

• ….وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ

….. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.

Kalau ditarik konteknya ahlul kitab jaman nabi bagaimana dan jaman kita sekarang bagaimana?
Bagaimana dengan konteks saat ini? Jangan jangan kemungkinan itu kita sendiri yang dimaksud hlul kitab karena kita umat Islam yang baca alkitab alquran.

Bagaimana misalnya implementasi ayat:

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ٣١

Qul in kuntum tuhibbunallaaha fattabi’unii yuhbibkumullaahu wa yagfir lakum żunubakum, wallaahu gafurur rahiim. (QS. Ali ‘Imran:31)

Artinya : Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali ‘Imran:31)

Dalam tafsir muyassar dijelaskan bahwa ITTIBA’ (ikut nabi) itu ikut semua sunnah nabi atau yang Nabi saw lakukan tidak pilih-pilih mana yang mudah atau yang enak-enak saja.

Konteks kita sekarang apakah kita sudah beriman atau justru kitalah ahlul kitab yang fasik sebagaimana disebut dalam ayat di atas, karena di jaman nabi juga ada ahlil kitab yang beriman kepada Allah meski memang sebagian besar dari mereka adalah orang fasik.

Ini lah muhasabah kita pagi ini untuk saling mengingatkan di antara kita. Semoga bermanfaat.**

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.**

Disarikan oleh: H. Edy Purwanto Achmad (Hakim Khattil Qur’an MTQ XXX Prov Kakbar 2022).