Oleh: Ustadz Dr. H. Harjani Hefni, Lc, MA
Alhamdulillah was syukru lillah. Wash sholaatu was salaamu alaa rosuulillah wa ‘alaa aalihi wasohbihi wa man waalaah.. amma ba’du:
Alhamdulillah. Pagi ini disamping kita ini, seluruh kafilah se Kalimantan Barat hadir di Kota Ketapang untuk mensyiarkan Al Quran yaitu melaksanakan MTQ XXX tingkat Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2022.
Hadir generasi-genrasi Qurani yang terbaik dari kabupaten/kota se Kalbar di sini, semoga mendatangkah barokah di bumi Ketapang ini. Aamiin.
Setiap kita sholat tidak bisa meninggalkan satu surah. Jika kita meninggalkannya atau tidak membacanya, maka shalat kita dianggap tidak sah atau kita dianggap meninggalkan shalat. Surah teebut adalah Surah Al-Fatehah.
Ada sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى صَلَاةً، لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ، فَهِيَ خِدَاجٌ– ثَلاَثًا – غَيْرُ تَمَامٍ.
“Barangsiapa yang shalat lalu tidak membaca Ummul Qur’an, maka shalatnya kurang—beliau mengulanginya tiga kali—tidak sempurna.” (Shahih Muslim, Hadits Nomor 598).
Selanjutnya ada hadits riwayat Ubadah bin Shamit bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Surat al-Fatihah.”(Shahih Bukhari, Hadits Nomor 714).
Kedua hadits di atas menunjukkan kewajiban membaca surat Al-Fatihah dalam shalat, sebab kata “lâ shalâta” dalam hadits pertama menunjukkan arti tidak sah (nafyus sihhah). Sementara kata “khidâj” dalam hadits kedua menunjukkan arti kurang dan rusak (an-naqshu wal fasâd), sehingga dapat dipahami bahwa membaca al-Fatihah merupakan syarat sah shalat.
Ketika Abu Huroiroh menyampaikan sabda nabi tersebut kepada murid-muridnya, mereka bertanya. Apakah kami tetap harus membaca surat Al Fatehah padahalkan kami shalat di belakang imam. Maka Abu Huroiroh menjawab.
اقرأ لنفسك
(bacalah untuk dirimu sendiri. karena aku mendengar Nabi bersabda dalam hadits qudsi :
Hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}، قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ}، قَالَ: مَجَّدَنِي عَبْدِي – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي – فَإِذَا قَالَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَل
Allah berfirman, “Saya membagi shalat antara diri-Ku dan hamba-Ku menjadi dua.
Untuk hamba-Ku apa yang dia minta. Apabila hamba-Ku membaca, “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.”
Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku memuji-Ku.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Ar-rahmanir Rahiim.” Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku mengulangi pujian untuk-Ku.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Maaliki yaumid diin.” Apabila hamba-Ku membaca, “Hamba-Ku mengagungkan-Ku.”
Dalam riwayat lain, Allah berfirman, “Hamba-Ku telah menyerahkan urusannya kepada-Ku.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’in.”
Allah Ta’ala berfirman, “Ini antara diri-Ku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku sesuai apa yang dia minta.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Ihdinas-Shirathal mustaqiim….dst. sampai akhir surat.”
Allah Ta’ala berfirman, “Ini milik hamba-Ku dan untuk hamba-Ku sesuai yang dia minta.”
(HR. Ahmad 7291, Muslim 395 dan yang lainnya)
Hadirkan permohonan kepada Allah ketika membaca: ihdinash shirotol mustaqiim shirootol ladziina an’amta alaihim ghoiril maghdluubi alaihim waldz dzoolliin.
Yaa Allah Kokohkan hati kami dan berikan kami kemudahan untuk tetap di jalan yang lurus selalu. Tetapkan kami di jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang engkau beri nikmat dan bukan jalan orang yang Engkau murkai dan bukan jalan orang yang zalim. Tetapkan kami di jalan para nabi para shiddiiqiin, syuhada’ wa shoolihiin.
Surat Al Fatehah dinanamakn surah sholat oleh baginda nabi karena ini bersifat talaazum. Menyatu antara Al Fateha dan sholat. Maka salah satu nama surat Al Fateha adalah dinamakan juga surah sholat.
Ada apadengan surat ini? Sangat luar biasa. Mari kita kaji. Allah swt berfirman dalam surah Al Hijr ayat 87:
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَٰكَ سَبْعًا مِّنَ ٱلْمَثَانِى وَٱلْقُرْءَانَ ٱلْعَظِيمَ
“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung.”.
Dalam sehari semalam satu orang dari kita minimal membaca surah Al Fatehah sebanyak 17 kali. Di Indoneisa punya tiga waktu WIB, WITa, WIT.. kalau di dunia lagi..lebih banyak lagi pembagian waktu.
Menurut sebuah penelitian pada tahun 2015, Islam memiliki 1,6 miliar penganut, yang membentuk sekitar 22% populasi dunia. Jika separohnya saja (sekitar 800 juta) yang mengerjakan sholat maka berapa banyak bacaan Al Fatehah-nya.? Maka dalam sehari semalam ada bacaan Al Fatehah sebanyak 800.000.000 x 17 = 13.600.000.000 (tiga belas milyar enam ratus juta) kali. Setiap saat ada bacaan Al Fatehah berkumandang di alam semesta ini.
7 ayat itu adalah satu paket. Artinya tidak boleh kurang membacanya misalnya hanya beberapa ayat saja. Surah Al Fatehah harus dibaca sampai selesai. Tak boleh tidak selesai dibaca dalam shalat. Kalau surah lain boleh saja tidak selesai sampai akhir surah dibaca dalam shalat.
Pengulangan 17 kali itu juga tidak ngawur. Diatur waktunya oleh Allah. Yaitu : 2 kali dibaca waktu shubuh, 4 kali dibaca waktu zuhur, 4 kali dibaca waktu ashar, 3 kali dibaca waktu maghrib, 4 kali dibaca waktu Isya.
Rasanya rugi bagi kita jika dibaca berulang-ulang tiap harita, kita tak paham keistimewaannya. Belum lagi kalau kita jumlahkan dg sholat-sholat sunnah lainnya sehari semalam..17+10 nawafil..Kalau tambah tahajud.. 11 rakaat.. maka menjadi 27+10+11. menjadi. 48 kali bacaan fatehah minimal.
Rasanya kalau kuta tak memahaminya sayang sekali. Untuk seluruh ayat Al Quran Kita hendaknya menjadikannya sampai pada tingkat pengamalan.
Ada 7 kebiasan muslim harian. (habbit moslem) dapat dibaca pada buku yang saya tulis untuk mengingatkan kita bersama. Silahkan dibaca untuk mengingatkan diri kita.
Ada 7 pekerjaan utama dalam hidup ini kalau kita ingin terbuka pintu-pintu kesuksesan dan keberkahan.
Makanya menjadi kebiasaaan di kalangan kita setiap awal pekerjaan kita awali baca surah Al Fatehah. Kita sebut asma Allah dalam rangkaian bacaan Al Fatehah tersebut. Untuk menumbuhkan kebiasan harian perlu pembiasaan. Karena hal itu bukan pekerjaan gampang.
Ada seorang pakar namanya Prof. Dr. Budi Pranoto, beliau ketika komentar buku tersebut ada 4 (empat) syarat sebuah nilai bisa jadi habit/kebiasaan.:
1. Nilai yg ditanamkan tidak bisa digugat kebenarannya
2. Dilakukan dengan motivasi tinggi
3. Harus banyak diulang-ulang
4. Coba untuk dilaksanakan
Al Fatehah ini tidak ada yang bisa menandingi karena semua syarat 4 tersebut ada di dalamnya.
1. Al Fatehah dijamin kebenarannya
2. Dilaksanakan dengan motivasi yang tinggi kita membaca Al Fatehah.. iya.. karena pengulangannya bersifat wajib. Kalau tidak kita baca Al Fatehah maka sholat menjadi tidak sah.
Hal tersebut berbeda dengan misalnya Jika ada perusahaan menamankan nilai kepada karyawannya mengenai suatu motto biasanya hal itu tidak dipatui dengan motiva kadaran tinggi. Kalaupun dipatuhi hanya karena takut atasan.
3. Pengulangannya tidak ada yg mengungguli surah alfatehah
4. Masyarakakat kita muslim.. selalu melaksanakan hal ini. Memulai setiap aktifitas dengan membaca surah alfatehah.
Habit / kebiasan pertama bagi setiap muslim adalah : Memulai pekerjaan dengan menyebut nama Allah. Abda’u bismillahi warrohmaani..dst..
Mau “mati sebentar” (tidur) kita juga menyebut asma Allah, kita membaca doa.. bismika Allohumma ahya wabismika amut. (dengan menyebut asma-Mu yaa Allah aku hidup (bangun) dan aku mati (tidur)
Nanti ketika bangun, sebut lagi nama Allah denga membaca doa: .. alhamdulillahil ladzi ahyaana ba’da maa amaatana wa ilaihin nusyuur.
Kita akan melakukan aktifitas apa saja, kita mulai dengan membaca bismillah.
Untuk memulai makan saja biarpun sudah sangat lapar jangan lupa baca bismillah.
Kekuatan Al Fatehah luar biasa .Tak ada yang berani menggunakan bismillah untuk memulai pekerjaan maksiat, tidak ada kisahnya orang akan mencuri baca bismillah.. akan berzina baca bismillah dan seterusnya.
Lalu mengapa perlu diualng-ulang hal ini? Untuk saling mengingatkan. Kita ingatkan terus orang-orang tercinta di sekitar kita, anak istri dan keluarga kita.. untuk selalu membaca bismillah dalam memulai semua aktifitas. Kita amalkan dulu ini mudah-mudahan kita istiqomah.
Mari kita pikirkan.. bahwa ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi berbunyi:. iqro’ bismi robbikal ladzii kholaq (bacalan dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan).
Hal ini mengandung makna bahwa setiap akan memulai pekerjaan bacalah Asma Allah.. bacalah bismillah.
Bahkan suami istri yang akan melakukan hubungan suami istri juga disyariatkan menyebut Asma Allah, namun dengan menggunakan redaksi doa: Allohumma jannibnasy syaithoon wajannibisy syaithoona maa rozaqtanaa. (Yaa Allah, jauhkan kami dari syaithon dan jauhkan syaithon dari apa yang engkau anugerahkan kepada kami (anak).
Kita berharap bahwa apabila melalui hubungan suami istri ini Allah anugrahkan anak, maka anak tersebut jauh dari godaan syetan. Maka jika anak kita nakal dan jauh dari Allah, mungkin prosesnya salah. SOP nya salah. Lupa/ tidak baca doa misalnya.. maka bisa jadi ada setan/ jin ikut andil di dalamnya.. Nauzubillah.
Demikian taushiyah inj. Semoga kita dapat mengamalkannya dalam aktivitas kita sehari-hari.. Aamin.
Wassalaamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Disarikan oleh: H. Edy P. Achmad (hakim khattil qur’an) saat kuliah subuh di Masjid Al Ikhlas, Ketapang pada 5 November 2022