Malam Ta’aruf STQ Nasional, Momen Saling Kenal dan Sapa Sesama Kafilah 

PONTIANAK – Malam Ta’aruf peserta Seleksi Tilawatil Quran (STQ) Nasional XXV tahun 2019 dihadiri oleh seluruh peserta dari 33 provinsi di Indonesia tanpa terkecuali, di pendopo Gubernur Kalimantan Barat, Jumat (28/6). Pada Malam Ta’aruf ini juga dilaksanakan penyerahan bendera dan Alquran yang diterima oleh Gubernur Kalbar, Sutarmidji.

Ini menjadi agenda rutin setiap malam sebelum dimulainya Seleksi Tilawatil Quran (STQ) di setiap kota tuan rumah penyelenggaraan STQ. Menteri agama yang diwakili Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam sekaligus Ketua LPTQ Nasional, Muhammadiyah Amin mengatakan, sebelum STQ digelar, dilaksanakan Malam Taaruf dalam rangka saling mengenal, saling menyapa, dan saling bercengkrama agar kegiatan musabaqah berjalan lancar.

“Saya mengapresiasi Kalbar dalam menjadi tuan rumah ini, dari kesiapan yang sangat matang dan saya melihat betul Gubernur Kalbar dalam menyiapkan semuanya dengan matang,” ungkapnya.

Kalbar merupakan tempat pertama dilangsungkannya lomba hafalan hadis di Indonesia, dan ini akan menjadi sejarah untuk Kalbar. Tidak tanggung-tanggung ada 500 hadis yang akan dihafalkan  akan diperlombakan oleh peserta.

“Setiap tahun kita lakukan hafalan Quran dan hadis baik tingkat nasional maupun tingkat asia pasifik. Hampir dua puluh negara yang ikut. Maka dari itu kita menggenjot anak-anak,” ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Sutarmidji mengatakan, Kalbar ditunjuk sebagai tuan rumah sekitar tujuh bulan yang lalu. Meski waktu persiapan yang relatif pendek, Kalbar tetap menyanggupi. Hal ini demi mewujudkan salah satu program pemprov saat ini yaitu melahirkan paling sedikit lima ribu hafiz.

“Alhamdulillah sekarang ini sudah hampir 2.500 (hafiz) di Kalbar dan saya optimistis dalam lima tahun ini kita dapat menghasilkan lima ribu hafid. Kemudian para hafiz ini seharusnya menjadi imam di masid-masjid besar kabupaten dan kota,” ucapnya.

Menurut Sutarmidji, masyarakat juga harus menjaga para hafiz dan kebutuhannya juga harus dipenuhi. Masjid-masjid dinilai tidak akan kesulitan memenuhi kebutuhan tersebut. Sebab, banyak masjid yang berpenghasilan besar, meskipun hanya dari dari donasi jemaah setiap Jumat.

STQ di Kalbar ini, kata dia, kemungkinan akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan bagi para peserta. Soalnya, untuk pertama kalinya di Indonesia, bahkan di dunia, ayat suci Alquran dilantunkan di titik nol derajat lintang utara dan selatan, tepatnya di Tugu Khatulistiwa.

“Jadi, mimbar tilawah kita buat bentuk bola dunia, dan qori dan qoriahnya nanti akan duduk di titik nol derajat lintang utara dan selatan. Kenapa kita ambil tempat ini, karena di situ masih banyak rahasia-rahasia Allah yang belum tergali oleh kita. Pertama di situ ada titik kulminasi matahari dan banyak lagi,” ucapnya.

Selain di Tugu Khatulistiwa, ada salah satu panggung STQ yang dibangun di atas Sungai Kapuas. Rencana awal sebetulnya panitia ingin semua panggung dibangun di atas sungai. Namun, belakangan dipilih beberapa tempat agar lebih bermasyarakat.  Semua lokasi yang dipilih dinilai menarik.

“Seperti panggung yang berada di Sungai Kapuas itu kita buat bentuk tanjak, karena tanjak merupakan ciri khas melayu,” ungkapnya.

Sutarmidji juga mengungkapkan hal yang menjadi pembeda dalam STQ kali ini. Menurutnya, penghargaan yang nantinya akan diterima oleh pemenang tidak akan berbentuk piala melainkan berupa medali. Meski sempat ada kontroversi namun akhirnya keputusan ini disetujui semua pihak.

“Karena kalau piala, itu tahannya tidak lama. Kalau medali, disimpan bisa tahan lama. Medali ini juga menarik karena ada miniatur Tugu Khatulistiwa. Jadi kita ingin ada kesan yang tak terlupakan oleh semuanya. Semoga semuanya betah dan senang berada di Kota Pontianak, dan silakan berkunjung ke Tugu Khatulistiwa. Nantinya akan diberikan sertifikat karena akan melewati lintang utara dan selatan bumi,”tutupnya. (var/pontianak post)