Hafal Alquran itu Enak

SINGKAWANG—Meski baru pertama kali ikut STQ XXV, Khairul Umam Azmi asal kafilah kabupaten Kubu Raya ini optimis bisa meraih hasil maksimal dalam cabang lomba ia ikuti. “Dengan nama menyebut nama Allah SWT, Insya Allah, Saya yakin bisa meraih hasil terbaik,” kata siswa Pondok Pesantren Salafy Abdussalam ini.
Ia mengatakan dunia tilawah bukanlah hal baru baginya. Karena sebelumnya ia juga pernah mengikuti Mushabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat provinsi Kalbar di Mempawah silam. Bahkan prestasinya di cabang Hifzil Quran 5 Juz meraih juara kedua saat di MTQ tingkat provinsi di Mempawah.
Setidaknya ada 26 peserta yang mengikuti cabang ini namun bagi dirinya memang pesaingnya juga cukup berat. Bagi pemuda yang lahir 15 Desember 2014 ini, pesaing terberat ada pada kafilah seperti Kota Pontianak, Kabupaten Mempawah, Kabupaten Sambas. Karena sebagaimana diketahui, kata dia, Kota Pontianak, Mempawah, Sambas, Kubu Raya merupakan empat kabupaten/kota yang dikenal gudangnya qori, qoriah dan hafiz hafizah-nya Kalbar. “Tapi saya optimis bisa meraih hasil terbaik, Insya Allah 99 persen lah,” ujarnya sambil tersenyum.
Karena memang, kata dia, persiapannya juga sudah cukup dengan berbagai latihan dalam pemusatan latihan, serta dipertajam lagi di pondok baik dengan teman dan pengasuh pondok. Pemuda murah senyum ini pun berpesan agar generasi Qur’ani dapat bertekad menjadi penghafal Alquran. “Menghafal itu enak,” katanya.
Ia pun membagi pengalamannya menjadi seorang penghafal Alquran, dimana sejak duduk menjadi santri pondok tiga tahun lalu, kini ia sudah hampir menyelesaikan hafalan 10 juz Alquran.
Namun apa yang ia raih bukanlah mudah. Pemuda ini harus menyiapkan waktu 2-3 jam bahkan lebih dalam satu hari untuk membaca lalu menghafal Quran. 
“Di pondok, kita diajarkan begitu. Sehari bisa satu lembar atau dua halaman Alquran untuk dibaca, lalu dihafal, kemudian mengulang membaca dan menghafal lagi,” katanya.
Bahkan diakuinya tantangan terberat seorang hafiz ada dua faktor, yakni sifat malas dan kurang motivasi. “Namun itu semua bisa saya atasi dan kawan-kawan jadikan motivasi bahwa yang perlu diingat adalah bahwa pahala besar menunggu dan safaat kepada keluarga yang jelas masuk neraka hingga tujuh turunan bisa diberi safaat oleh seorang hafiz, itu yang mendorong saya agar untuk tetap menghafal Alquran,” katanya. (har)