Sebanyak 23 pemenang berhasil memenangkan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Dewan Masjid Indonesia (DMI) Pontianak. Ada tiga cabang yang dilombakan. Menariknya, terpilih satu peserta favorit yang berusia 71 tahun.
MARSITA RIANDINI, Pontianak
Sundari, peserta tertua yang menginjak kepala tujuh ini begitu semangat ketika panitia mengumumkan namanya sebagai peserta terfavorit. Sundari tidak menang dalam MTQ ini. Tetapi semangatnya mengikuti lomba diacungi jempol. Sebulan lamanya, Sundari belajar dan menghapal QS Al Mulk.
Motivasinya untuk mengikuti lomba ini bukan karena ingin menang. Melainkan ingin menyemangati ibu-ibu majelis taklim yang diikutinya. Ada empat puluh anggota di majelis taklim tersebut, namun satu pun tak ada yang berani ikut. “Nah, awalnya cuma untuk menyemangati teman-teman di pengajian. Masak satu pun nggak ada yang ikut. Makanya saya ingin ikutan juga untuk menyemangati,” katanya.
Meski usia tak lagi muda, Sundari tetap berusaha maksimal dalam lomba ini. Ia memanfaatkan waktu lebih kurang satu bulan untuk memperlancar hapalan. “Alhamdulillah hapal. Tapi begitu maju deg-degan. Bahkan sempat lupa. Begitu diulangi lagi langsung lancar,” ujarnya.
Walikota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono mengapresiasi semangat peserta. Menurut dia, MTQ ini sebagai wadah bagi para ibu-ibu untuk berkompetisi, dan bersemangat untuk belajar membaca dan mengamalkan Alquran. “Ini baik. Tartil untuk memperlancar bacaannya. Apalagi tahfiz ini bisa menyemangati majelis-majelis taklim yang ada di Pontianak,” kata dia.
Kegiatan yang merupakan iniasiasi dari Koordinator Bidang Pembredayaan DMI kota Pontianak ini diharapkan tidak hanya menjadi rutinitas tapi bisa memotivasi agar bacaannya menjadi berkualitas.
Harapan kegiatan ini menjadi agenda rutin DMI Pontianak sebagai wujud pembentukkan kader-kader muda yang mencintai Alquran dan memakmurkan masjid sehingga meningkatkan kemauan dan kesadaran untuk membaca Alquran. Ke depan, kata dia DMI Pontianak berencana mengadakan MTQ Imam Masjid. Ini upaya untuk meningkatkan kualitas bacaan para imam.
Abdul Hakim, salah satu dewan hakim dari LPTQ Pontianak menilai hampir rata-rata peserta berasal dari guru ngaji dan anggota pengajian atau majelis taklim. Bacaan dan hapalan para peserta cukup baik. Hanya saja kata dia dibutuhkan semangat untuk terus memperbaiki kualitas dari bacaan. “Rata-rata ini kan guru ngaji, dan anggota pengajian. Kegiatan ini bagus ya. Peserta ini juga bersemangat. Hanya saja memang diperlukan semangat untuk memperbaiki bacaan,” pungkasnya. **