Langkah-Langkah Kecil Menuju Panggung Nasional

Suasana malam itu terasa hangat di sebuah rumah sederhana di Gang Reformasi. Di dalamnya, enam wajah muda duduk bersila di hadapan seorang guru yang penuh ketenangan. Mereka bukan sekadar remaja biasa. Mereka adalah para penjaga Kalam Ilahi—para hafiz dan hafizah yang tengah dipersiapkan untuk mewakili Kalimantan Barat dalam Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) Nasional di Sulawesi, Oktober mendatang.

Pelatihan ini dipandu langsung oleh Ustadz Drs. H. Lukmanul Hakim, seorang tokoh qari senior yang telah malang melintang dalam dunia tilawah dan pembinaan qari-qariah. Dengan ketelatenan dan ketegasan yang lembut, ia membimbing setiap peserta melewati lantunan ayat demi ayat, membenahi makhraj, tajwid, hingga irama.

Mereka yang hadir dalam pelatihan malam itu adalah:
1. Sirojudin – hafal 20 juz,
2. M. Nadir – hafal 10 juz,
3. Yusuf Mubarok – hafal 30 juz,
4. Nabila – hafal 30 juz,
5. Uul Khoirul Bariyah – hafal 5 juz,
6. Heni Rifqotil Maula – hafal 10 juz.
Tak satu pun dari mereka absen. Semuanya hadir dengan semangat yang terpancar dari wajah-wajah yang bersahaja.

Lembaran-lembaran mushaf terbuka di atas meja. Kitab-kitab tajwid, catatan pelatihan, dan rekaman bacaan berserakan rapi. Ruangan itu menjadi saksi betapa Al-Qur’an dirawat dengan cinta, dipelajari dengan tekun, dan dihayati dengan rendah hati.

Pelatihan ini bukan semata untuk sebuah lomba. Lebih dari itu, ini adalah jalan pengabdian. Jalan untuk menempatkan Al-Qur’an bukan hanya di bibir, tapi di dalam hati. Dan bagi mereka, STQ Nasional bukan tujuan akhir, melainkan pintu awal untuk mempersembahkan yang terbaik bagi agama, daerah, dan negeri.

Seperti kata sang ustadz di akhir sesi malam itu: “Tilawahmu adalah cermin hatimu. Rawat hatimu, maka indahlah bacaanmu.”**